Nifas pada kelahiran bedah (Caesar)

edit
Beberapa ulama mengatakan bahwa nifas pada kelahiran bedah (caesar), sama dengan hukum wanita-wanita lain yang mengalami nifas karena persalinan normal.[1] Apabila ia melihat kemaluannya megeluarkan darah, ia wajib meninggalkan shalat dan puasa sampai ia suci.[1] Akan tetapi, jika ia tidak melihat kemaluannya mengeluarkan darah, maka ia wajib mandi (bersuci), mengerjakan shalat, dan puasa sebagaimana halnya wanita yang suci.[1]

Bersuci setelah nifas
Wanita yang sudah berhenti nifasnya, maka ia wajib bersuci.[1] Tata cara bersucinya sama saja dengan tata cara mandi haid.[1] Perbedaanya hanya di niatnya.[1]

نَوَيْتُ الغَسْلَ عَنِ النِفَاسِ لِلهِ تَعَالَىc

Maksudnya : “Sahaja aku mandi daripada nifas kerana Allah Taala”.[6]

Cara mandi wajib setelah nifas sama dengan mandi junub, namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini: Pertama: Dianjurkan Menggunakan Sabun.[7] Hal ini berdasarkan hadits Aisyah ra., yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haid.[7] Beliau menjelaskan:[7]

تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا

“Kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu wudhu dengan sempurna. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya agak keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya.” (HR. Bukhari no. 314 & Muslim no. 332)[7]

Kedua: Melepas gelungan, sehingga air bisa sampai ke pangkal rambut.[7] Hadis di atas merupakan dalil dalam hal ini: “…lalu menggosok-gosoknya agak keras hingga mencapai akar rambut kepalanya..” Hadis ini menunjukkan tidak cukup dengan hanya mengalirkan air seperti halnya mandi junub, namun harus juga digosok, seperti orang keramas memakai sampo.[7]