Pertanyaan : Bolehkah saya berjabat tangan
dengan ibu mertua (ibu dari istri) dan bepergian bersamanya? Seperti
misalnya memboncengkan beliau dengan motor atau menyetirkan mobil untuk
beliau?
Jawaban : Ya, boleh. Karena ibu mertua adalah salah
satu dari wanita yang termasuk mahram dan haram untuk dinikahi. Dan
karena beliau adalah mahram, maka tidak mengapa berjabat tangan atau
membonceng beliau dengan motor saat harus mengantar beliau pergi.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dalam fatwa beliau mengatakan
bolehnya bepergian dengan ibu mertua karena beliau telah menjadi mahram
dengan adanya akad atas anaknya (dalam hal ini istri). Sebagaimana
firman Allah :
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ
وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ
الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ
وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ
وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَائِكُمُ اللَّاتِي
دَخَلْتُم بِهِنَّ
“Diharamkan atas kamu (mengawini)
ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu
yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri…” (An-Nisaa’ : 23)
Akan tetapi, bila khawatir akan timbul fitnah jika hanya pergi
berduaan saja dengan beliau (ibu mertua), atau timbul syahwat bila
berjabat tangan dengan beliau, maka hendaknya dihindari.
Wallahu a’lam
Sumber : Fatawa Syaikh Shalih bin Fauzan (3/173)